
Dunia saat ini masih menghadapi pendemi Sars-Cov-2 ( Virus Corona) yang infeksinya disebut (Covid-19), awal mulanya di temukan di wuhan Cina pada desember 2019. Tak terasa Covid-19 sudah 1 tahun menghampiri kita, hingga sampai pada tahu 2021 ini masih dalam pergumulan panjang bagi semua negara-negara di dunia. Tidak ada yang pasti, kapan akan berakhirnya virus ajaib ini yang telah menghentikan semua aktivitas sendi-sendi kehidupan umat manusia. Hampir semua negara membatasi aktivitasnya (social distancing) selama 1 tahun ini, tak terkecuali Indonesai hingga aktivitas global. Amerika Serikat, Iran, Kolombia, Meksiko, dan Brasil. Pertanyaan besarnya adalah di manakah posisi Indonesia?. Indonesia berada di peringkat ke85 dengan indeks 24.7. Indeks yang dibuat Institut Lowy ini berdasarkan data di 98 negara dengan mempertimbangkan sistem politik, populasi, kemampuan ekonomi masing-masing negara. Untuk mencegah penyebaran, perlu penekanan disiplin dalam penerapan protokol kesehatan Covid-19. Hal ini dilakukan untuk menyeimbangkan pemulihan ekonomi Indonesia. Oleh sebab itu diharapkan, kepala daerah se-Indonesia meningkatkan kedisiplinan wilayahnya dalam menerapkan protokol kesehatan. Karenanya, pemerintah harus mengeluarkan kebijakan untuk membatasi jam operasional di semua tempat. Ke depan, kegiatan pembatasan ini akan terus dievaluasi.
Tanpa ada regulasi yang tepat dan kebijakan yang signifikan di setiap negara akan mengalami gulungan ombak besar. Perdagangan global akan terus mengalami anjlok yang luar biasa. Maka dari itu diperlukan kearifan kebijakan strategi setiap organisasi pemuda dan negara dalam merespon kondisi hari ini. Kondisi hari ini tidak saja hanya berdampak pada krisisi bidang ekonomi, tetapi telah mesusupi seluruh bidang yang lainnya, ini ibarat kesatuan yang saling mempengaruhi. Jika hari ini kita hanya fokus pada krisisi ekonomi tentu bidang yang lain juga akan pincang. Para medis kesehatan menjadi unjuk tombak dalam melawan keganasan virus Corona-19, patut kita mengapresiasi kerja keras mereka.
Lalu bagaimana dengan bidang yang lain seperti sosial, budaya, pendidikan dan politik?, tentu akan memberikan perubahan besar. Mengubah tatana global (new normal), sistem aktivitas maupun perubahan gaya hidup. Panik global hari ini mengakibatkan kurang maksimalnya kerja sama antara negara-negara, dikarenakan masing-msing negara sibuk dengan urusan domestik negaranya sendiri, sehingga inisiatif global membantu negaranegara berkembang sangat kurang, tak sedikit negara berkembang yang lumpuh secara ekonomi maupun sosial hingga krisis kesehatan. Oleh karena itu diperlukan strategi negara-negara sebagai upayah untuk pemulihan kondisi global (action plan) perlunya kerja sama global di bidang kesehatan, teknologi, kesehatan, pendidikan dan energi terbarukan sebagai prinsip keberlangsungan (suntainability) bersama.
Berdasarkan analisisis diatas diharapkan adanya strategi jitu setiap negera dalam melawan serta membatasi penyebaran visus ini dan peran sentral kolaborasi organisasi pemuda global. Pengembangan kebijakan strategi setiap negara dalam menghadapi krisis global harus di emban oleh organisasi internasional (pemuda) yaitu menyediakan hal-hal yang dibutuhkan bagi kolaborasi antara multilateral global.
Adapun narasumber pada acara diskusi tersebut yaitu:
1. M. Fadroel Rachman (Juru Bicara Presiden Republik Indonesia)*
2. Brigjen TNI (P) dr Alexander K Ginting S SpP (K) FCCP
(Kabid Kesehatan Satgas Covid 19 Nasional)
3. Mika Purba United Evangelical Mission (UEM) German
4. Andika Mongilala, ASCM National Treasurer ASCM) Australia
5. José pinto jabatan Presiden Movimento Estudante Cristaun (MEC-TL) Timor-Leste
Opening Speech :Jefri Edi Irawan Gultom* (Ketum PP GMKI)
Moderator: Artinus Hulu (Sekretaris Fungsi Hubungan Internasional Perguruan Tinggi PP GMKI)