Premanisme kembali mencoreng wajah keamanan publik. Dua orang preman berinisial TAP dan DI dilaporkan memalak seorang pedagang sayur di Pasar Baru, Kota Bekasi, pada Kamis (3/4/2025). Tidak hanya memaksa korban menyerahkan uang, keduanya juga mengacak-acak dagangan pedagang hingga menyebabkan kerugian materiil dan trauma psikologis.
Menanggapi insiden ini, Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Golkar Mangihut Sinaga, S.H., M.H. angkat bicara. Politisi Partai Golkar itu mengecam keras tindakan premanisme yang meresahkan masyarakat dan meminta aparat penegak hukum untuk bertindak tegas.
“Peristiwa ini bukan hanya soal kriminal biasa. Ini bentuk nyata intimidasi yang mengancam rasa aman rakyat kecil. Negara tidak boleh kalah oleh preman,” tegas Mangihut.
Mangihut juga menyoroti pentingnya kehadiran aparat kepolisian secara aktif di wilayah-wilayah rawan, terutama di pusat-pusat ekonomi rakyat seperti pasar tradisional.
“Pasar adalah tempat rakyat menggantungkan hidupnya. Jika pedagang merasa terintimidasi dan tidak aman, ini bisa berdampak pada stabilitas ekonomi mikro. Aparat harus hadir dan menjamin perlindungan penuh terhadap warga,” ujarnya.
Sebagai mantan pejabat tinggi di Kejaksaan Agung dan kini anggota legislatif di Komisi Hukum, Mangihut menegaskan pentingnya penegakan hukum yang tegas namun humanis. Ia mendukung langkah Polres Metro Bekasi Kota untuk memproses hukum kedua pelaku dan menindak tegas jaringan premanisme yang lebih luas bila ada indikasi keterlibatan.
Sumber: Instagram @ceritabekasi.co
“Saya minta aparat jangan hanya berhenti pada pelaku lapangan. Jika ada aktor di balik aksi ini—apakah itu backing, cukong, atau jaringan lainnya—semua harus diungkap dan diproses sesuai hukum yang berlaku,” pungkas Mangihut.
Saat ini, kedua pelaku telah diamankan oleh aparat kepolisian untuk dimintai keterangan lebih lanjut. Korban juga telah menerima pendampingan untuk pemulihan dan proses pelaporan. (MRS/AJC)